Oleh: Maman Supriatman
Dalam video berdurasi 11 menit bertajuk “Dua Kekuatan yang Paling Ditakuti oleh Zionis Israel”, Syekh Imran Hosein menguraikan bacaan profetik atas realitas dunia modern yang kini semakin terang di hadapan kita.
Ia menyebut bahwa dunia sedang bergerak menuju pertempuran besar antara dua kutub iman — aliansi Islam dan Kristen Ortodoks Timur — melawan kekuatan Zionis dan sekutunya yang berakar dari tradisi Rome Barat.
Benang merah pemikiran Syekh Imran berangkat dari firman Allah dalam Surat Al-Ma’idah ayat 82:
"Pasti kamu dapati orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya kami ini orang Nasrani…’”
Bagi Syekh Imran, ayat ini bukan sekadar sejarah sosial umat awal Islam, tetapi peta geopolitik profetik: bahwa di akhir zaman, kaum beriman akan menghadapi permusuhan keras dari kekuatan Yahudi sekuler dan para penyembah kekuasaan, sementara sahabat terdekat mereka justru datang dari kalangan Nasrani sejati — yakni Kristen Ortodoks yang tetap memegang nilai ruhani, bukan sekularisme liberal.
Gaza dan Kebangkitan Kesadaran Dunia
Tragedi Gaza bukan lagi sekadar isu kemanusiaan, melainkan panggilan profetik bagi seluruh umat beriman.
Serangan demi serangan memperlihatkan wajah sejati Zionisme: kekuasaan tanpa moral.
Namun di balik penderitaan itu, dunia menyaksikan kebangkitan kesadaran global — solidaritas lintas agama, bangsa, dan ideologi.
Gelombang protes besar di London, New York, Paris, hingga Jakarta menandai satu hal: manusia sedang keluar dari narasi tunggal Barat.
Kesadaran spiritual yang menembus batas-batas geopolitik kini mulai tumbuh — sebagaimana isyarat Al-Qur’an bahwa kaum beriman akan bersatu menghadapi permusuhan paling keras dari kaum Yahudi dan kaum musyrik.
Data UNOCHA (September 2025) mencatat korban tewas di Gaza telah menembus lebih dari 120.000 jiwa, 70 persen di antaranya perempuan dan anak-anak.
Dunia menyaksikan dengan getir, bagaimana “demokrasi” dan “hak asasi manusia” yang diklaim Barat justru berubah menjadi legitimasi pembantaian.
Bagi Syekh Imran, Gaza adalah medan ujian iman global — bukan hanya bagi umat Islam, tetapi bagi seluruh manusia yang masih memiliki nurani. Di sanalah perbedaan antara agama yang hidup dan agama yang mati menjadi nyata.
Aliansi Islam–Kristen Ortodoks: Dari Nubuwah ke Realitas Geopolitik
Syekh Imran Hosein telah lama menafsirkan bahwa Rusia — representasi dunia Kristen Ortodoks — akan menjadi sekutu alami dunia Islam dalam melawan hegemoni sekuler Barat. Dua dekade lalu, tafsir ini terdengar ganjil. Kini, tanda-tandanya makin jelas.
Rusia secara terbuka menentang genosida di Gaza. Gereja Ortodoks menolak ideologi liberal yang merusak tatanan moral dan keluarga.
Di dunia Islam sendiri, mulai tumbuh kesadaran baru bahwa musuh sejati bukan Rusia atau Tiongkok, melainkan sistem global yang dikendalikan oleh kekuatan finansial dan media Zionis.
Dalam kacamata geoprofetik, ini bukan kebetulan. Kekuatan iman sedang menyeberang batas geopolitik — membentuk poros moral Timur yang menolak tatanan sekuler dan dehumanisasi kapitalisme global.
Syekh Imran menyebut proses ini sebagai “pembalikan arus sejarah”: dari dominasi Rome Barat menuju kebangkitan kembali Rome Timur dan dunia Islam — dua kekuatan yang akan menjadi benteng terakhir spiritualitas di tengah kehancuran moral global.
Dari Pax Americana ke Dunia Multipolar
Selama hampir delapan dekade, dunia hidup dalam bayang-bayang Pax Americana — tatanan tunggal yang bertumpu pada kekuatan dolar, militer, dan media.
Namun pasca-krisis global 2020–2024, tatanan itu mulai goyah. Dunia menyaksikan munculnya aliansi baru seperti BRICS+ dan gerakan “Global South” yang menolak hegemoni Barat.
Rusia dan Tiongkok kini memimpin blok ekonomi yang berbasis emas dan mata uang lokal. Negara-negara Islam, dari Iran hingga Indonesia, mulai berbicara tentang kedaulatan ekonomi dan moneter. Sementara Amerika Serikat menghadapi krisis moral dan politik domestik yang makin dalam.
Bahkan di bawah kepemimpinan Donald Trump yang kembali ke Gedung Putih (2025), kebijakan luar negeri AS semakin condong ke arah militeristik dan isolasionis. Trump secara terbuka mendukung agresi Israel, menghidupkan kembali retorika perang dingin terhadap Cina, dan memperkuat blok NATO di Eropa Timur.
Kebijakan ini justru mempercepat transisi global menuju dunia multipolar. Alih-alih memperkuat hegemoni Barat, langkah-langkah Trump memperdalam jurang pemisah antara blok sekuler-Zionis dan blok Timur yang berakar pada nilai-nilai moral dan spiritual.
Amerika di Ambang Perang Besar
Dua perkembangan terbaru memperkuat pembacaan geoprofetik ini:
- Perubahan nomenklatur “Department of Defense” menjadi Department of War.
Pergantian ini bukan sekadar administratif, tetapi ideologis: mengembalikan doktrin perang ofensif sebagai strategi inti politik luar negeri AS.
- Pertemuan besar seluruh jenderal aktif dan pensiunan AS beberapa pekan lalu.
Menurut analis independen Bossman, situasi ini “mengingatkan pada masa menjelang Perang Dunia II” — saat elit militer Amerika bersatu mempersiapkan perang global demi mempertahankan supremasi nasional.
Kedua fakta ini menunjukkan bahwa Washington sedang menyiapkan skema konflik besar.
Peradaban Rome modern sedang mengulang pola sejarahnya: ketika kekaisaran yang menua memilih perang untuk menunda kejatuhan.
Presiden Trump, dengan gaya nasionalis-agresifnya, tampak hendak menghidupkan kembali military-industrial complex yang pernah diperingatkan oleh Presiden Eisenhower pada 1961.
Namun kali ini, dunia sudah berubah: hegemoni informasi telah retak, ekonomi berbasis dolar goyah, dan kesadaran global tentang kebenaran spiritual makin tumbuh.
Bagi Syekh Imran, inilah tanda-tanda jelas dari fase akhir fitnah Dajjal. Ketika kekuatan materialistik kehilangan pijakan moral, perang menjadi satu-satunya cara untuk mempertahankan ilusi kekuasaan.
Kembalinya Nabi Isa: Suara Paling Kuat dalam Sejarah
Syekh Imran Hosein menyebut kembalinya Nabi Isa AS sebagai “the loudest voice in history” — suara paling keras sepanjang sejarah manusia. Keras bukan karena volume, melainkan karena kebenarannya menembus seluruh lapisan kebohongan global.
Nabi Isa datang bukan membawa agama baru, tetapi mematahkan seluruh tipu daya sistem Dajjal — termasuk sistem keuangan ribawi, demokrasi tanpa moral, media tanpa kebenaran, dan kekuasaan tanpa keadilan. Ia akan memimpin dunia dalam keadilan spiritual di bawah kepemimpinan Imam Mahdi.
Kemenangan akhir, dalam pandangan geoprofetik, tidak datang dari kekuatan militer atau ekonomi, tetapi dari kekuatan moral dan iman yang hidup di hati umat manusia. Karena itu, setiap pergeseran geopolitik hari ini — dari keruntuhan dolar hingga bangkitnya blok Timur — harus dibaca sebagai bagian dari proses menuju kemenangan ruhani yang dijanjikan Allah.
🌅 Penutup: Dari Geopolitik ke Geoprofetik
Zionis Israel, kata Syekh Imran, tidak takut pada senjata atau teknologi umat Islam, tetapi pada dua kekuatan yang tak dapat mereka kalahkan:
- Iman yang hidup di hati umat Islam, dan
- Iman yang bangkit di dunia Kristen Ortodoks.
Kedua kekuatan inilah yang akan menutup babak panjang sejarah modern — ketika kebenaran menang bukan karena kekuasaan, tetapi karena janji Tuhan.
Dan di balik kebangkitan dua kutub iman ini, sistem Zionis-Barat kini bereaksi dengan strategi baru: menciptakan perang besar untuk mempertahankan hegemoni yang sedang runtuh.
Perubahan paradigma di Amerika, munculnya kembali militerisme global, serta poros Timur yang menolak sekularisme total adalah tanda bahwa dunia sedang menuju babak akhir — transisi dari peradaban Dajjalik menuju era keadilan Ilahi.
Maka suara paling keras dalam sejarah bukanlah dentuman bom, tetapi suara kebenaran yang tak dapat dibungkam:
suara Nabi Isa, yang akan menegakkan keadilan dan mematahkan seluruh penipuan peradaban.
Rujukan
Imran N. Hosein, Jerusalem in the Qur’an, Imran Hosein Institute, 2001.
Imran N. Hoaein, Israel Sangat Takut Akan Kedatangan Nabi Isa AS Karena Hal ini: https://youtu.be/KabdNmgBT48?si=YJ--2M-OsmhDkkVh, September 2025.
Imran N. Hosein, Peran Muslim dan Rusia dalam Melawan Israel: https://youtu.be/VBWRWlo_PuQ?si=62ISciBY9Rrbi59j, Oktober 2025.
United Nations OCHA, Gaza Situation Report, September 2025.
Kremlin.ru, Press Conference with Vladimir Putin, August 2025.
Bossman, The Gathering of U.S. Generals and the Next Global War, Independent Briefing, Oktober 2025.
Eisenhower, Dwight D., Farewell Address, January 17, 1961.
والله أعلم بالصواب
🌐 _Institute of Prophetic Cosmology and Eschatology (IPCE)_
*Membaca Pergeseran Geopolitik dengan Lensa Profetik (Geoprofetik)*
Cirebon 07/10/25
Posting Komentar
0Komentar