Pemandangan eksotik seperti ini bisa dinikmati saat melintas di Desa Ngrendeng, Sine, Ngawi. (Foto: Orbit-Ind)
Ngawi, Orbit-Ind
Berada dijalur perlintasan obyek wisata Kebun Teh Jamus dan Sumber Koso, Desa Ngrendeng memiliki letak geografis yang strategis. Apalagi desa ini juga memiliki kontur permukaan tanah terasering khas lereng Gunung Lawu yang memiliki pemandangan indah dan eksotik. Dengan kondisi itu, Desa Ngrendeng menjadi salah satu desa penyangga kepariwisataan diwilayah tersebut.
Bicara tentang potensi, Desa Ngrendeng tidak pernah akan habisnya. Desa ini memiliki beragam potensi hayati yang bisa dikembangkan secara masif, utamanya lahan pertaniannya. Dianugerahi letak desa dikawasan lereng Gunung Lawu yang terkenal subur, berhawa sejuk dan beriklim sedang, lahan pertaniannya sangat subur, sehingga sangat cocok untuk ditanami apa saja. Segala jenis tanaman buah, sayur dan umbi-umbian tumbuh dan berbuah sangat baik. Namun demikian salah satu yang terkenal dan diakui oleh masyarakat secara luas adalah tanaman buah alpukat. Konon dari keterangan salah satu pengunjung beberapa tahun lalu yang sempat menikmati buah alpukat hasil pertanian Desa Ngrendeng, menyatakan memiliki rasa khas yang nikmat setara dengan alpukat dari negara-negara penghasil alpukat terbaik didunia. Apapun jenisnya. Rasa krimi, gurih dan sedikit manis merupakan rasa andalan alpukat khas Ngrendeng.
Kepala Desa Ngrendeng yang akrab dipanggil Tanto, tidak mengetahui secara spesifik tentang keunggulan alpukat dari desanya. Namun kebiasaan atau tradisi menanam alpukat telah ada sejak jaman dahulu, baik varietas lokal maupun varietas unggul. Kontur dan morfologi tanah serta iklim pegunungan barangkalinyang menjadi keunggulan lebih alpukat dari desanya. Kemudian, bahwa masyarakat Ngrendeng sejak lama mengenal dan menanam alpukat. Puncaknya pada waktu ada proyek Gerhan (Gerakan Hutan Rakyat) yang dilaksanakan sekitar tahun 2004, penanaman alpukat dilakukan secara masif oleh penduduk, sehingga setiap kebun warga ada pohon alpukatnya. Bahkan konon didesa ini pada waktu awal ditemukan salah satu varian alpukat unggulan Ngawi yang diberi nama Merona dari hasil kegiatan penanaman hutan rakyat tersebut. Sekarang alpukat ini tengah dikembangkan oleh Dinas Pertanian Ngawi yang bekerjasama dengan pihak ketiga. Diberi nama 'merona', karena saat buah menginjak matang berubah warna memerah dan berangsur-angsur warna merah penuh seperti varietas Red Vietnam. Keunggulan lainnya ukuran buahnya cukup besar dengan rasa mentega.
Dari penelusuran, alpukat varietas tersebut, konon pertama kali ditemukan (Potcast Dahlan Iskan bersama Bupati Ngawi), di Desa Ngrendeng, Sine, kemudian terakhir ditemukan di Desa Karangrejo, Kendal serta Ngrambe. Namun yang saat ini dikembangkan adalah pohon yang berada di Karangrejo, Kendal.
Hampir setiap penduduk didesa subur ini kebunnya ditanami alpukat, maka dari itu saat musim buah alpukat produksinya melimpah.
Pengunjung yang melintasi desa ini saat akan menuju wisata Jamus atau Sumberkoso sepanjang mata memandang disetiap kebun penduduk terdapat tanaman buah alpukat. Untuk itulah Pemdes Desa Ngrendeng akan tetap mengembangkan alpukat untuk tetap menjadi ikon desa.
Saat ini, Pemdes Ngrendeng melalui Bumdes juga menyediakan kebun bibit, utamanya tanaman alpukat dalam berbagai jenis.
"Ini salah satu upaya kami untuk berusaha mengembangkan alpukat sebagai ikon desa," jelas Kades Ngrendeng, yang juga suami dari anggota DPRD Ngawi.
Sebagai desa penyangga wisata, masyarakat nantinya didorong untuk berkreasi dengan mengembangkan berbagai produk berbasis alpukat.
Kedepan memang harus dipikirkan untuk mengolah alpukat menjadi produk olahan yang bisa dijajakan atau dipasarkan sebagai oleh-oleh khas dari Desa Ngrendeng. Disamping sebenarnya alpukat Ngrendeng sendiri telah memiliki citra yang bagus dimata masyarakat luas.
Pewarta: Koh Mien
Posting Komentar
0Komentar