Ngawi, Orbit
Satu lagi desa destinasi wisata di Ngawi Barat akan menjadi ikon wisata Ngawi. Setelah Srambang Park, Hargodumilah, dan Selondo, kini Wonosari bersiap menjadi destinasi wisata andalan di kawasan KENEBEJO (KEndal, SiNE, NgramBE, dan JOgorogo).
Desa yang berada paling ujung Kabupaten Ngawi, yakni Desa Wonosari, Kecamatan Sine akan menjadi primadona, utamanya untuk kategori wisata petualangan atau adventure. Bahkan bisa menjadi ajang untuk olah raga terpadu, yakni paralayang, motocross, dan hiking.
Berada diketinggian lereng Gunung Lawu, dihamparan Kebun Teh, Wonosari seakan menjadi surga tersembunyi yang hingga kini belum terjamah manusia. Kontur perbukitan Wonosari seolah bagai loka kahyangan yang berpadu dengan kejamakan tradisi masyarakat, menyajikan keunikan tersendiri sebagai sekedar tempat wisata.
Desa kecil ini menyajikan keindahan khas pegunungan yang diidamkan oleh penikmat keagungan Tuhan. Ya, kini Wonosari menjadi perhatian para pecinta olahraga Paralayang se-Jatim. Tiga hari berturut-turut, yakni mulai tanggal 14 – 16 Pebruari para atlet Paralayang Jatim unjuk kebolehan sekaligus menjajal Gunung Gedhe dalam helatan Festival Paralayang dan Liga Jatim, Piala Bupati Open 2020 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Ngawi. Tidak tanggung-tanggung 109 atlet berpartisipasi dalam acara itu.
Luar biasa, begitu decak kagum sebagian para peserta dari sejumlah daerah yang berkesempatan berlomba atau perform sekaligus menjajal landasan pacu Gunung Gede, di pebukitan hamparan kebun teh yang terbilang baru itu. Ketinggian, hamparan teh, dan tradisi yang dimiliki Desa Wonosari tak ayal akan menjadikan desa paling ujung ini menjadi wisata khusus yang dimiliki Ngawi.
Kekuatan dan kelebihan lokasi Paralayang di Desa Wonsari, menurut beberapa peserta adalah posisi take off yang sangat bagus. Selain didukung panorama indah khas kebun teh, juga memiliki tantangan yang jauh lebih sulit dibanding tempat lain, yakni cuaca yang seringkali berubah-ubah. Bagi para atlet hal itu justru menjadi tantangan yang harus ditaklukkan. Demikian beberapa laman portal berita menyoroti destinasi wisata anyar itu.
Sebagai ajang debutan, helatan ini menjadi bukti, bahwa Ngawi memiliki sejuta potensi yang siap dikembangkan menjadi destinasi wisata berkelas. Satu-satunya kekurangan dari tempat ini adalah masih banyaknya pepohonan yang menjulang dan sejumlah antena televisi milik warga yang dirasa mengganggu. Namun selebihnya Arena Paralayang Wonosari, Amazing !
Disamping memiliki pemandangan yang aduhai, Desa Wonosari juga memiliki wisata lain yaitu berupa wisata sejarah dan wisata alam berupa air terjun dan sejumlah gua yang memiliki mitos. Sejumlah obyek potensi wisata tersebut tersebar di lima dusun, yakni Wonosari, Sedonorejo, Ngadiluwih, Bangsri dan Tedunan.
Desa Wonosari yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah rupanya memiliki sejarah perjuangan republik ini dalam mempertahankan kemerdekaan. Untuk mengapresiasi, tepatnya di Dusun Ngadiluwih, terdapat monumen penghargaan untuk masyarakat setempat atas keikutsertaannya berjuang mempertahankan kemerdekaan RI yang didirikan di bekas Pos Gerilya di bawah komando Jenderal Gatot Soebroto yang bertempat dipersimpangan jalan dusun tidak jauh dari jalan poros desa.
Masih di Dusun Ngadiluwih, ada air terjun Segandul yang di dalamnya terdapat gua berupa stalagtit dan stalagmite dan Gua Landak. Di desa Wonosari sendiri dikenal memiliki sumber air yang melimpah. Sehingga mendatang diprediksi akan dilirik para wisatawan.
Wonosari juga dikenal sebagai penghasil cengkeh terbaik. Kini masyarakat juga mulai menekuni budidaya Jamur Tiram dan Jamur Kuping. Hawa dingin khas pegunungan menjadikan Desa Wonosari mampu menghasilkan jamur dengan kualitas terbaik. Wah, rupanya komplit juga potensi desa yang berhawa sejuk ini.
Kondisi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang memadai ini bukan tidak mungkin dimasa mendatang Desa Wonosari akan menjadi Desa Wisata andalan Ngawi. Apalagi letaknya berbatasan langsung dengan Kabupaten Karanganyar yang lebih dahulu mengembangkan wisata, yakni Candi Cetho dan Kawasan Kebun Teh Kemuning, sehingga menjadi pintu gerbang masuknya arus wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Semoga !
Penulis : HAVID ROSYADI
Posting Komentar
0Komentar