Ngawi, Orbit-Ind
Jasmerah (Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah) begitu kira-kira salah satu prinsip dalam hidup seorang Triyono, Kades Grudo, Kecamatan Ngawi. Baginya orang yang sangat berjasa harus diberi penghormatan agar jasa-jasa perjuangannya bisa dikenang oleh generasi mendatang. Itulah yang menjadi dasar pemikiran, Gedung Serbaguna Desa Grudo yang menghabiskan anggaran Dana Desa hampir Rp 1 milyar akan diberi nama Gedung Serbaguna, "Sudir Santoso."
Gedung tersebut dibangun secara bertahap atau multiyears, selama tiga tahun mulai tahun 2021. Saat ini pembangunannya hampir rampung, yakni sekitar 80 %. Tinggal finishing dan pembenahan pada beberapa tempat.
Triyono yang terkenal dengan sapaan Demang Herkules ini mengatakan, desa-desa seluruh Nusantara yang saat ini mendapatkan anggaran khusus, yakni DD (Dana Desa) karena salah satu perjuangan dari seorang almarhum Sudir Santoso. Ia adalah penggerak masyarakat desa untuk menuntut hak-haknya berupa otonomi dan sharing anggaran pusat, hingga pada akhirnya menjadikan percepatan pembangunan di pedesaan. Tidak hanya terbatas itu saja, dengan adanya otonomi desa, maka desa bisa mengelola anggaran tersebut dengan leluasa menurut kebutuhannya.
Dampaknyapun luar biasa, hanya dalam waktu satu dasawarsa desa-desa seluruh Nusantara mencapai percepatan perkembangan yang signifikan. Desa-desa seluruh Indoneaia saat ini kemajuannya tidak kalah dengan perkotaan, utamanya sektor infrastruktur desa. Kondisi jalan-jalan, jembatan, prasarana umum, dan fasilitas lainnya, saat ini kondisinya sangat baik. Hampir tidak ada desa yang tidak terhubung dengan desa yang lainnya. Serta hampir tidak ada desa yang terisolir. Semua terhubung dengan pusat pemerintahan di atasnya dengan baik.
Gedung Sudir Santoso, telah rampung sekitar 80 %, tinhgal finishing
"Bagi saya, bagi kami masyarakat desa, perjuangan Bapak Sudir Santoso melebihi ekspektasi atau harapan masyarakat desa. Dan kami sepakat, bahwa beliaulah "Bapak Desa" yang sebenarnya," terang Triyono sambil matanya terkaca-kaca, menahan haru.
"Tidak ada pejuang setangguh dan seikhlas beliau. Benar-benar pejuang wong cilik. Berlatar belakang sebagai petinggi desa atau kepala desa, seorang Sudir Santoso memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi untuk kemajuan desa, melalui perjuangan yang sangat panjang dan melelahkan," lanjut Triyono.
"Kalau dibahas sampai bermalam-malampun tidak akan ada habisnya perjuangan seorang Sudir Santoso untuk kemajuan desa," jelas Demang Herkules.
"Pokoknya memenomenal-lah," terang Triyono, sambil mengeluarkan jargon kata-katanya yang terkenal.
Kades pengagum Soekarno ini rupanya sedikit banyak juga meniru seorang Sudir Santoso dalam membangun desanya. Makanya ia terpilih menjadi Kades Grudo selama tiga kali berturut-turut. Sebagai seorang pimpinan ia menerapkan manajemen kebersamaan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.
Sebagai kepala pemerintahan yang memegang anggaran miliaran rupiah ia tidak pernah melakukan manajemen, one men show. Artinya semua perangkat yang ada diberi beban pekerjaan sesuai dengan bidang masing-masing. Bahkan soal keuangan Triyono menyerahkan sepenuhnya kepada Kaur Keuangan. Dia mengaku hanya pembuat kebijakan yang keseluruhan kinerjanya bisa saling terkontrol.
Maka dari itu, saat dirinya sakit lumayan lama, kegiatan dan pelayanan desa tidak terkendala apapun, karena terbiasa dengan pendelegasian terhadap perangkat menurut bidangnya. Karena sistem telah terbangun, walau ditinggal sang kades maka tidak ada permasalahan yang krusial pada kegiatan desa secara umum.
"Beliau kades yang saya yakin bersih, karena setahu saya Pak Kades tidak pernah pegang uang desa. Masalah keuangan ada pada Kaur Keuangan. Demikian juga soal pembangunan desa, dikerjakan oleh tim TPK (Team Pelaksana Kegiatan), dengan pembagian tugas masing-masing," salah satu Kepala Dusun tanpa mau disebutkan namanya.
Bahkan kalau ingat seleksi lowongan perangkat desa, barangkali Desa Grudo yang paling transparan. Dan akhirnya mendapatkan personil perangkat dari putra-putri terbaik. Terbukti hasil seleksi yang transparan tersebut melahirkan kinerja yang maksimal pelaksanaan birokrasi desa, timpal perangkat yang lain menilai seorang Triyono.
Dengan pembawaan yang riang, banyak guyonannya. Setiap kegiatan apapun didesa selalu menjadi hangat dan ramai. Tidak ada kegiatan tanpa keriangan. Juga tidak pernah kegiatan warga yang tidak diikuti oleh kepala desa.
Rupanya ini adalah sebuah kelebihan yang dipunyai seorang Triyono, sehingga ia terpilih sebagai kepala desa tiga kali berturut-turut tanpa politik uang.
Pewarta: Koh Mien
Posting Komentar
0Komentar