Ngawi, Orbit
Nyentrik dan unik begitu kesan saat jumpa Jansen Jasien (JJ) yang berpameran karya lukis di gedung Balai Wartawan A. Azis di Jalan Apsari Nomer 15 - 17, Surabaya, pada hari Jum'at (8/3). Perpaduan antara seni lukis dan seni instalatir dia sajikan secara bersamaan. Dengan begitu harapannya, lukisannya tidak hanya berupa imajinasi semata tetapi terhubung langsung dengan peradaban masa lalu sebagaimana tertuang pada kanvasnya.
Pameran lukisannya kali ini juga tidak main-main, didedikasikan untuk rangkaian kegiatan Hari Pers Nasional (HPN) 2024 dan HUT PWI. Tercatat hubungan pelukis spesialis kesejarahan ini juga dekat dengan para wartawan, bahkan hububganya sangat intens. Pameran tunggalnya kali ini sudah kedua kalinya setelah hampir dua dasa warsa atau tepatnya pada tahun 2008 lalu, setelah pada tahun yang sama juga memerkan karyanya di Graha Pena yang notabene gedung milik Jawa Pos.
Tema yang diangkat kali ini sangat mengena dengan suasana mengenang kesejarahan di Jawa Timur, yakni "Jelajah Peradaban Leluhur." Artinya saat anak negeri ini usai beruforia dalam pemilu, disadarkan dengan kehadiran pameran lukisan yang bisa memantik rasa nasionalisme ditengah ancaman disintegrasi akibat segregasi pemilu.
Di samping pelukis eksklusif kesejarahan, Jansen Jasien juga seorang yang konsen terhadap peninggalan sejarah leluhur.
Terinformasi, bahwa JJ juga berkegiatan dalam pelestarian budaya leluhur dengan secara aktif mencari, menggali, bahkan menghidupkan warisan leluhur di Nusantara, khususnya di Jawa Timur.
Pelukis yang pernah malang melintang berpameran dibeberapa negara, seperti Singapura, Hongkong dan Belanda, ia salah satu pelukis yang konsisten dengan ide2 yang nyeleneh, namun memiliki tujuan yang jelas tanpa egoisme sebagaimana pelukis lain. Bahkan keyentrikannya dan kenekatannya dia ungkapkan dan buktikan berpameran secara backpakeran atau mobile di Singapura.
Di samping memiliki aktifitas sosial dan budaya yang sangat padat, JJ memiliki aktifitas yang berkaitan dengan honour atau rewarding terhadap perorangan atau lembaga yang meemiliki perhatian khusus terhadap bidang kebudayaan, penggagas penghargaan Masterpiece Indonesia Art Series, Penghargaan tokoh pers peduli seni budaya, penggagas penghargaan 100 Pusaka Surabaya bersama Surabaya Heritage, dan aktifitas lainnya.
Di samping lukisan sebagai karya utamanya, pria berputra dua orang ini juga secara nyata beraktifitas pada pelestarian peninggalan sejarah peradaban masa lalu. Karyanya yang monumental pada kegiatan ini adalah menemukan situs percandian peninggalan Majapahit di Terung, Krian, Sidoarjo.
Kemudian secara mandiri juga membangun Monumen Tebu Mas di PG Ngadirejo, Kediri. Ini juga sebuah karya bidang sejarah yang dia ungkapkan bukan di atas kanvas.
Selanjutnya yang terakhir periode tahun 2021-2024, JJ menemukan situs dan membangun dengan membuka Punden Kepuh, Makam Mbah Bungkem, Desa Kweden, Mojoanyar, Mojokerto.
Menanggapi karya JJ, seorang kurator lukisan, Nathan Santoso, dalam pameran tersebut, menyatakan, bahwa JJ seorang seniman yang bertahan dengan visi mulia, menjadi saksi sejarah dan pencatat peradaban Nusantara melalui karyanya.
Pameran JJ ini juga diciptakan sebagai wujud pendharmaan para leluhur. Bukan hanya sekedar lukisan, namun juga undangan bagi para pengunjungnya untuk berinteraksi, memberi hormat, baik dalam doa dengan sebatang dupa hio.
Sementara itu, Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, sengaja menampilkan pameran tunggal karya JJ pada even Hari Pers Nasional 2024 dan HUT PWI, dengan maksud bahwa insan pers juga peduli terhadap pelestarian kebudayaan, sebagaimana tampilan 24 karya JJ beserta seni instalatirnya, tentang artefak sejarah peradaban bangsa Nusantara.
Pewarta: Koh Mien.
Posting Komentar
0Komentar