Melon berkualitas Karangjati siap kirim ke sejumlah kota besar di Pulau Jawa. (Foto: Orbit Indonesia)
Ngawi, Orbit Indonesia
Secercah harapan ikon buah Ngawi akan kembali reborn dari wilayah Ngawi Timur, yaitu Karangjati. Tanda-tanda kembalinya kejayaan buah melon tersebut nampak pada keberhasilan petani disekitar Rejuno dan Ploso, Kecamatan Karangjati, pada bulan Mei kali ini panen raya.
Disepanjang jalan hamparan buah melon telah menguning siap petik.
Beberapa trukpun tengah parkir disepanjang jalan mulai Desa Ploso hingga Desa Rejuno siap memgangkut buah melon. Kesibukan lainpun juga terjadi, hilir-mudik para pekerja angkut riuh memikul buah melon dari sawah untuk dikumpulkan dipinggir jalan, kemudian diangkut oleh pedagang yang akan dipasarkan disejumlah lapak dikota-kota besar. Tujuan mereka masih sama, yaitu kota besar seperti Jakarta, Bandung ataupun Surabaya.
Namun sayang, untuk panen kali ini tidak sesuai prediksi, karena curah hujan masih mengguyur disejumlah wilayah di tanah air, sehingga keuntungan harga tinggi lepas dari perkiraan.
"Mestinya panen tahun ini, nggedok, karena hasil panen bagus-bagus. Semoga harganya nanti juga tinggi," terang salah satu tengkulak yang akan segera berangkat angkut Melon Ngawi ke Jakarta.
Panen melon varietas lokal saat ini menurut pengakuan para petani termasuk berhasil. Disamping memiliki ukuran dan bobot standard tapi juga tekstur yang bagus. Tingkat kemanisannyapun dapat.
"Alhamdulillah bisa panen bagus, ukuran masuk, dengan rata-rata 2 kg lebih," jelas Narto, salah satu petani melon di Ploso.
Menurut Sutik, warga Ploso yang juga berprofesi sebagai perangkat desa, bahwa budidaya melon didaerahnya dimulai sekitar tahun 2022 lalu. Waktu itu dilakukan oleh petani dari daerah Kecamatan Padas. Konon dari pengamatan pembudidaya, bahwa didaerah Karangjati ini sangat cocok ditanami buah emas ini. Benar saja, sejak itu, budidaya melon menampakkan hasil panen buah melon sangat bagus diluar prediksi pembudidaya, sehingga berlanjut hingga saat ini.
Sunarto, tokoh masyarakat Ploso menjelaskan, awal dari budi daya buah melon ini karena adanya serangan tikus yang merusak hampir sebagian besar sawah petani. Sehingga tatkala ada tawaran tanah untuk sewa para petani mengiyakan.
Sayangnya keberhasilan budidaya buah melon ini belum menyentuh pada petani lokal, alias masih terbatas oleh petani dari daerah lain utamanya Padas. Sedangkan petani setempat relatif sedikit. Menurut pengakuan Sunarto, rata-rata petani didaerahnya hanya menyewakan tanahnya untuk budidaya melon.
"Rata-rata petani disini memilih untuk menyewakan lahannya daripada ditanami sendiri. Karena belum memiliki keterampilan. Itupun sudah sangat untung bila dibandingkan ditanami padi," ujar Sunarto.
Salah seorang petani di Rejuno juga mengatakan hal yang serupa. Setiap seperempat bahu, dengan luasan sekitar 12,5 are disewa oleh pembudidaya melon sekitar Rp 3,5 juta sekali tancap atau tanam. Dalam setahun setiap lahan bisa ditanami tiga kali.
"Sebenarnya sangat menguntungkan. Kami kepingin juga tanam melon, tapi katanya sangat rumit dan harus punya modal besar," ujar Yanto, warga Jambu, Rejuno.
Tanaman buah melon memang merupakan tanaman yang memerlukan perlakuan khusus dengan skill yang memadai. Salah penanganan bisa berakibat fatal, gagal panen. Begitu tidak berhasil petani akan mengalami kerugian besar. Bisa dibayangkan, setiap pokok pohon memerlukan biaya hampir Rp 10 ribu. Namun demikian apabila sukses, petani akan mendapatkan hasil berlipat hingga tiga kali lipat modal.
Untuk itu, memang dibutuhkan keberanian dari seorang pembudi daya tanaman ini. Karena resiko kegagalan tanam melon sangat besar.
Pewarta: Koh Min
Posting Komentar
0Komentar