Proses pengerjaan RLH (Rumah Layak Huni) milik Gunarni, disamping mendapatkan support anggaran dari desa juga dibantu oleh masyarakat. (Foto: Orbit-Ind)
Ngawi, Orbit Indonesia
Salah satu upaya mengatasi kemiskinan absolut warga desanya, Pemerintahan Desa Karangtengah Prandon, Kecamatan Ngawi adalah dengan merenovasi rumah keluarga miskin, sehingga warga kategori ini mendapatkan rumah layak huni. Untuk tahun ini salah satu keluarga yang mendapatkan renovasi rumah adalah keluarga Gunarni (35 th), warga RT 04, RW 02, Dusun Prandon.
Keluarga Gunarni memiliki anggota keluarga tiga orang, yakni Nurdin (suami) dan Nur Faiz, yang saat ini duduk dikelas 2 SD.
Bukan hanya keluarga tidak mampu, Gunarni dan suaminya adalah penderita disabilitas (keterbelakangan mental), sehingga untuk memenuhi kehidupan sehari-hari juga mengandalkan bantuan tetangga dan saudaranya.
"Keluarga ini memang benar-benar keluarga tidak berdaya, jadi sasaran pembangunan RTLH memang sangat dibutuhkan," terang Katimin, Kades Karangtengah Prandon.
Kades yang telah menjabat tiga periode ini juga menambahkan, bahwa kondisi rumah Gunarni bukan hanya tidak layak huni, tetapi hidupnya memang papa. Mereka penderita disabilitas, tetapi anak semata wayangnya mampu sekolah. Jadi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja hampir tidak bisa.
Saat media ini berkunjung ke rumah Gunarni, keadaannya memang memprihatinkan, kondisinya acak-a akan. Tepat menempel samping rumahnya terdapat kandang kambing tanpa ada sekat. Ada tiga ekor kambing penghuni kandang itu, namun menurut penuturan saudaranya bukan miliknya. Gunarni hanya nggadu (memelihara) itupun harus dibantu oleh kakak laki-lakinya yang tinggal di Tawun.
"Maklum adik saya tidak begitu normal. Jadi sebenarnya dia tidak terampil, bisanya hanya angon. Saya yang mencarikan rumputnya," terang saudara Gunarni.
Sementara itu, untuk kebutuhan sehari-hari Gunarni bekerja membantu mengolah tempe ditempat tetangganya. Itupun karena kebaikan tetangga, sebab sebenarnya ibu satu anak ini juga tidak bisa bekerja dengan baik.
"Daripada ngasih cuma-cuma, kami para tetangga menyuruh bekerja sebisanya," ujar salah satu tetangga yang iba melihat kondisi keluarga Gunarni.
Hendro, perangkat desa setempat menuturkan, bahwa program pembangunan RTLH (Rumah Tak Layak Huni) milik Gunarni pihak desa hanya menganggarkan Rp 10 juta, itupun harus kena pajak, sehingga untuk memenuhi total pembiayaan warga harus bergotong-royong agar Gunarni mendapatkan rumah layak huni.
Rumah lama Gunarni tidak dibongkar, karena walaupun keadaannya acak-acakan tetapi masih bisa digunakan untuk hal lain. Kini ia dibangunkan rumah yang berada tepat di depan rumah lamanya, dengan kontruksi permanen berbahan beton dan bata ringan.
Pewarta: Koh Mien
Posting Komentar
0Komentar