Opini: Maman Supriatman
Sejarah perkembangan sistem moneter dan perbankan modern tidak dapat dipisahkan dari pengaruh besar yang dimiliki oleh keluarga Rothschild, sebuah dinasti perbankan yang memiliki andil signifikan dalam pembentukan sistem utang berbunga (riba) yang mendominasi ekonomi global saat ini.
Riba, dalam pandangan Eskatologi Islam, adalah akar penyebab ketimpangan ekonomi global yang bersifat struktural dan terus-menerus, memperburuk ketidakadilan yang menimpa banyak negara berkembang dan masyarakatnya.
Sistem moneter yang diciptakan oleh keluarga Rothschild dan para pengusaha besar lainnya telah menyebabkan negara-negara terperangkap dalam jaringan utang yang merugikan. Struktur ini menguntungkan segelintir elit keuangan, sementara mayoritas rakyat di negara-negara yang terbelit utang terus mengalami kemiskinan dan marginalisasi.
Di sinilah urgensi munculnya BRICS, sebagai blok kekuatan ekonomi baru yang berupaya untuk melawan hegemoni sistem moneter ini, yang telah menyebabkan ketimpangan sosial-ekonomi di seluruh dunia.
Peran Keluarga Rothschild
Keluarga Rothschild, yang mendirikan jaringan perbankan internasional pada abad ke-19, dikenal sebagai salah satu keluarga yang paling berpengaruh dalam sejarah perbankan global. Dengan kantor-kantor yang tersebar di Eropa, mereka berhasil membangun pengaruh besar atas sistem moneter internasional.
Salah satu contoh awal dari pengaruh besar keluarga Rothschild adalah keterlibatan mereka dalam pendanaan Perang Inggris-Prancis (1803–1815) selama era Napoleon.
Sebagai pemilik jaringan bank yang luas, Rothschild menyediakan pinjaman besar kepada pemerintah Inggris untuk membiayai operasi militer mereka, termasuk logistik dan persenjataan.
Salah satu strategi yang digunakan oleh Nathan Mayer Rothschild adalah memperoleh informasi intelijen lebih cepat tentang pertempuran Waterloo dan menggunakan informasi ini untuk memanipulasi pasar obligasi.
Hal ini memungkinkan keluarga Rothschild untuk meraih keuntungan besar dan mengukuhkan posisi mereka sebagai pemimpin dalam sektor keuangan global.
Namun, pengaruh mereka tidak hanya terbatas pada pendanaan perang. Melalui sistem utang berbunga, keluarga Rothschild dan dinasti perbankan lainnya mengembangkan struktur keuangan yang memungkinkan mereka untuk mengendalikan negara-negara melalui pinjaman besar yang menciptakan ketergantungan ekonomi.
Ketergantungan ini dalam jangka panjang, memperkaya elit keuangan dan memperburuk ketimpangan ekonomi antara negara kaya
Riba dan Ketimpangan Ekonomi Global
Dalam pandangan Eskatologi Islam, riba dipandang sebagai praktik ekonomi yang salah, oleh karena merupakan penyebab utama ketimpangan global. Riba melibatkan pengambilan bunga dari utang yang dibayar oleh individu atau negara yang terbelit utang, yang pada akhirnya menciptakan ketergantungan jangka panjang.
Ketika negara-negara berkembang terperangkap dalam utang dengan bunga tinggi, mereka menjadi semakin terbelenggu oleh sistem yang menguntungkan segelintir orang dan merugikan rakyat banyak.
Dalam sistem ini, sumber daya alam negara-negara tersebut dieksploitasi untuk membayar utang, sementara rakyatnya tetap miskin dan terpinggirkan.
Sistem perbankan global yang diciptakan oleh keluarga Rothschild dan dinasti perbankan besar lainnya telah menyebabkan ketidakadilan ekonomi yang mendalam. Bank-bank internasional, dengan menggunakan sistem utang berbunga ini, tidak hanya mempengaruhi perekonomian global, tetapi juga menciptakan ketidakstabilan yang merugikan masyarakat di negara-negara berkembang.
Ketimpangan ini bersifat struktural dan permanen, karena keuntungan yang dihasilkan oleh elit keuangan tidak pernah merata, sementara beban utang yang harus ditanggung oleh negara-negara yang terperangkap dalam sistem ini semakin berat.
Perang Sebagai Mesin Ekonomi dan Penyebaran Riba
Perang, sebagai salah satu bentuk konflik geopolitik, sering juga dipandang sebagai mesin ekonomi yang mendorong sistem perbankan berbasis riba. Perang menciptakan permintaan yang tinggi untuk pendanaan militer dan logistik, yang pada gilirannya membuka peluang bagi bank-bank besar untuk memperluas pengaruh mereka.
Kekacauan yang ditimbulkan oleh perang kemudian dimanfaatkan oleh elit finansial untuk menguasai pasar keuangan dan aset-aset strategis, yang menghasilkan keuntungan besar bagi mereka.
Dalam narasi konspirasi, keluarga Rothschild digambarkan sebagai aktor utama yang merancang dan memanfaatkan perang untuk memastikan keuntungan berkelanjutan.
Perang menjadi alat untuk memperluas dominasi global mereka, di mana negara-negara yang terperangkap dalam perang harus mencari pinjaman untuk membiayai konflik, sementara keluarga Rothschild dan bank-bank besar lainnya meraup keuntungan dari bunga utang tersebut.
Ini adalah contoh bagaimana riba digunakan sebagai alat untuk memperpanjang konflik dan mempertahankan ketimpangan ekonomi.
Kesimpulan dan Implikasi
Melalui peran mereka dalam pendanaan perang dan pengembangan sistem perbankan berbasis riba, keluarga Rothschild telah berkontribusi besar terhadap pembentukan sistem moneter global yang tidak hanya memperkaya segelintir elit, tetapi juga memperburuk ketimpangan ekonomi.
Dalam pandangan Eskatologi Islam, solusi untuk mengatasi ketimpangan ini dapat dicapai dengan membangun sistem keuangan yang adil dan bebas riba, yang memastikan pemerataan kekayaan dan kesejahteraan umat manusia.
Kehadiran BRICS, sebagai blok kekuatan ekonomi baru, mencerminkan keinginan untuk menggantikan sistem moneter global yang eksploitatif dan menciptakan alternatif yang lebih adil.
Negara-negara anggota BRICS, termasuk Indonesia, mengambil langkah berani dan strategis dengan bergabung dalam blok ini. Langkah ini bukan hanya berbicara tentang perubahan ekonomi, tetapi juga mengenai perjuangan untuk membebaskan dunia dari struktur ketidakadilan ekonomi yang sudah lama tertanam.
Dalam perspektif Eskatologi Islam, bergabungnya Indonesia dalam BRICS dapat dilihat sebagai langkah yang sejalan dengan upaya untuk mengatasi penindasan ekonomi global yang bersifat struktural, menuju terciptanya sistem ekonomi yang lebih adil guna membawa manfaat bagi seluruh umat manusia secara universal.
والله اعلم
MS 16/01/24
Posting Komentar
0Komentar