Nampak Wabub Ngawi bersama sejumlah kepala OPD menghadiri acara Methil di Desa Dempel yang dikemas dalam sebuah even senu budaya. (Foto: Orbit Indoneaia).
Ngawi, Orbit-Ind
Suasana pagi itu terasa beda disepanjang jalan poros Desa Dempel, Kecamatan Geneng, nampak ramai dipenuhi oleh warga yang menyaksikan arak-arakan dua gunungan besar berupa hasil tani, yaitu Gunungan Lanang dan Gunungan Wadon yang berupa hasil tanaman padi, sayur-sayur serta buah-buahan. Kedua gunungan tersebut melambangkan kesuburan, yakni Sri - Sedono, yang menurut mitologi Jawa merupakan manifestasi hasil pertanian. Arak-arakan tersebut mengawali rangkaian kegiatan ritual Methil yang selenggarakan oleh Pemdes Dempel pada Hari Rabu (3/9/2025).
Rona muka penduduk desa berbinar tanda gembira menikmati dan menyambut prosesi methil, yakni upacara atau inisiasi panen raya ala masyarakat Jawa tatkala mereka akan memanen padi. Upacara methil yang ditandai dengan selamatan berupa tumpeng komplit berupa sayuran dan lauk-pauk merupakan simbol rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberi karunianya untuk pangan warga, sebagaimana yang diungkapkan oleh Sugeng Wiyono, Kepala Desa Dempel.
Sugeng Wiyono menyatakan, bahwa kegiatan kali ini merupakan kegiatan ritual untuk yang kedua kalinya. Pemdes memang sengaja menyelenggarakan upacara methil serempak ini menjadi agenda rutin warga setiap kali akan melakukan panen raya dengan maksud untuk nguri-uri tradisi yang mulai ditinggalkan oleh masyarakat petani, agar kembali eksis lagi.
"Anak cucu kita agar tidak meninggalkan tradisi, karena ritual semacam ini merupakan salah satu jatidiri masyarakat agraris," jelas Sugeng Wiyono, yang dikenal kepala desa inovatif ini.
Prosesi ritual Methil kali ini dihadiri oleh Wabub Ngawi, Dwi Riyanto Jatmiko, beserta sejumlah Kepala Dinas dilingkungan Pemkab Ngawi. Wabub yang dikenal akrab dengan masyarakat ini menekankan perlunya generasi mendatang tetap menjaga tradisi leluhur seperti ritual methil ini tetap menjadi kegiatan kebudayaan warga desa. Sebab ritual ini penuh makna yaitu semangat untuk memenuhi pangan warga, semangat bangga menjadi masyarakat agraris.
"Saya mengapresiasi ide dari masyarakat Dempel yang senantiasa memelihara tradisi semacam ini. Methil merupakan aset budaya yang penuh makna. Ritual ini secara simbolik merupakan manifestasi rasa syukur petani atas melimpahnya hasil panen," jelas Antok, panggilan akrab Wabub Ngawi.
Kyai dan Nyi Sri Sedono merupakan mitologi masyarakat agraris Jawa yang memuliakan tanaman padi. Kali ini ditampilkan dengan sakral dalam even methil di Desa Dempel. (Foto: Orbit Indonesia)
Upacara methil yang bertajuk, Sesaji Ngawiti Boyong Mbok Sri - Sedono adalah ungkapan rasa syukur petani kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan anugerah tanah pertanian subur, sehingga diberi hasil tani yang melimpah.
Ritual yang dipandu oleh tetua adat desa atau berjonggo Mbah Kaselan, yang didampingi kepala desa Sugeng Wiyono serta diiringi oleh dua orang yang disimbolikan sebagai peran Kyai Sedono dan Mbok Sri, menandai dimulainya panen raya di Desa Dempel.
Dempel Dikenal Sebagai Desa Inovatif Pangan
Tidak hanya sebagai salah satu lumbung padi di Ngawi, Desa Dempel dikenal sebagai desa yang paling inovatif dalam pangan, yakni sebagai sentra tanaman buah belimbing di Kabupaten Ngawi.
Sugeng Wiyono adalah kepala desa yang memiliki ide tersebut. Setiap warga didorong untuk menanam buah filosofis ini. Tak ayal dalam waktu singkat setiap sudut tanah pekarangan warga ditumbuhi buah belimbing.
Pilihan ini sangat tepat, karena termasuk tanaman genjah, karena dalam hitungan kurang dari satu tahun tanaman ini mulai berbhakti dengan buahnya yang segar.
Perhitungan Sugeng Wiyono ternyata sangat tepat dan presisi, terbukti ditahun selanjutnya Desa Dempel dikenal sebagai sentra buah belimbing di Ngawi. Wal hasil setiap rumah tangga mendapatkan tambahan hasil dari nilai ekonomis buah belimbing rintisan sang kepala desa.
Tidak berhenti sampai disitu, Sugeng Wiyono juga merintis penanaman buah yang lain. Kali ini yang disasar adalah buah jambu air dengan berbagai varietas. Lagi-lagi terobosan ini berhasil menjadikan Dempel sebagai penghasil buah jambu air berbagai varietas.
Sugeng Wiyono memang cerdas, dua tanaman tersebut adalah tanaman yang sangat sederhana dalam pembudidayaannya, tidak membutuhkan perawatan ekstra. Sehingga wargapun menanamnya dengan sukarela, setiap jengkal tanah ditanami dua tanaman buah tersebut.
Pewarta: Koh Mien
Posting Komentar
0Komentar