Nampak paramedis sibuk melakukan evakuasi korban dugaan keracunan MBG dari siswa SMKN 1 Sine. (Foto: Orbit-Ind)
Ngawi, Orbit Indonesia
Puluhan siswa SMKN 1 Sine harus dilarikan ke Puskesmas diduga akibat menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG), pada Hari Rabu (1/10/2025), sekitar pukul 10.00 WIB.
Bermula dari keluhan beberapa siswa yang mengalami kepala pening, muntah, dan diare, kemudian beberapa diantaranya diikuti sesak nafas dan lemas. Puluhan diantaranya bahkan mengalami shock karena kehilangan cairan, sehingga harus dilarikan ke rumah sakit atau klinik terdekat.
Nampak sekali beberapa diantara anak tersebut mengalami shock berat dan sesak nafas. Kondisinya belum stabil walaupun telah mendapat penanganan intensif. Kondisi kedua anak laki-laki tersebut sangat mengkhawatirkan dengan mata mendelik dengan mulut sedikit berbusa. Sedangkan anak laki-laki yang kebetulan berada disampingnya terus menangis dan nafas teraengal-sengal. Demikian juga siswa putri yang berada di samping kedua anak tersebut juga nampak lunglai hanya memejamkan mata.
Tercatat ada tiga tempat yang dijadikan rujukan pertama kasus tersebut, yaitu Puskesmas Sine 35 anak; Klinik Aisyiah 3 anak serta salah satu klinik swasta 4 anak. Total sekitar 42 anak mendapat perawatan medis. Hingga saat ini mereka dalam kondisi stabil dan beberapa diantaranya telah dibolehkan pulang ke rumah.
Sementara itu sekitar 14 anak yang dirawat di Puskesmas Sine harus dipindahkan ke Puskesmas Ngrambe karena ruang perawatan overload dan beberapa diantaranya mengalami shock dan belum stabil.
Menurut keterangan dari beberapa sumber, para siswa yang mengalami keadaan tersebut diduga akibat keracunan pemberian MBG sehari sebelumnya, yakni pada Hari Senin (30/9/2025), antara jam 12.00 hingga 13.00 WIB.
Berikut fakta dan kronologi sehingga para siswa mengalami kondisi mirip keracunan makanan. Usai menyantap makanan MBG dari SPPG (Satuan Penyelenggara Pemenuhan Gizi) setempat para siswa mengalami keluhan seperti gejala keracunan makanan, dengan gejala sebagaimana disebutkan di atas pada waktu di rumah. Puncaknya saat masuk pada pagi harinya puluhan siswa merasakan lemas akut hingga ada yang sampai tidak sadarkan diri.
Anak Miskha, asal Ketanggung, Kelas 10 jurusan DKV (Desain Komunikasi Visual), salah satu korban, menyatakan, bahwa makanan yang dia santap berupa nasi, ayam bumbu lada hitam, bakso, sayuran terasa agak berlendir, namun tidak berbau. Maka dia tetap menyantap makanan tersebut. Hal itu juga dikatakan oleh sebagian korban lain.
"Karena tidak berbau walaupun ragu-ragu tetap saya makan," ujar Miskha yang nampak berbaring masih lemah.
Namun demikian ada salah satu korban lain yang ikut dirawat, yakni Jihan Nur, siswa Jurusan Akuntansi, Kelas 10, menyatakan berbeda, bahwa makanan yang dia santap tidak ada yang aneh, seperti berbau atau berlendir. Hanya saja ia merasa kepedasan ketika menyantap ayam bumbu lada hitam, sehingga mengalami diare terus menerus disertai muntah-muntah. Kondisinya sendiri setelah mendapat perawatan cepat pulih dan dalam kondisi stabil.
"Mungkin saya gak tahan dengan pedasnya lada. Namun saya juga diare dan ke kamar mandi beberapa kali," aku Jihan yang tampak masih lemas, namun kondisinya stabil
Sedangkan Wulan, Siswa Jurusan Akuntansi, Kelas 10 menyatakan hal yang berbeda, yaitu makanan yang dia santap dalam kondisi baik. Nasi, sayuran brokoli, kol, ayam bumbu lada hitam, serta buah anggur tidak ada masalah, kondisinya bagus dan layak makan. Ia menyantap makanannya sama seperti kawan-kawan yang lain, sekitar jam 13.00 WIB.
Dia mengaku sehat dan tidak ada gejala yang dialami temen-temen lainnya setelah menyantap makanan MBG. Namun temannya ada yang keracunan sekitar lima anak.
Program MBG di Kecamatan Sine sementara ini melayani 19 sekolah mulai TK sampai setingkat SMA dengan total jumlah keseluruhan 2.360 siswa. Program ini dikelola oleh SPPG, Yayasan Jendela Cahaya Kebaikan dimulai sejak 22 September 2025. Sedangkan kegiatan pemenuhan MBG berupa gedung dan sarana dapur berada di Desa Jagir, Kecamatan Sine.
Untuk program MBG di SMKN 1 Sine mendapat jatah 1.400 siswa, namun hanya sekitar 1.106 siswa yang mendapatkan makanan tersebut, karena siawa lainnya tengah menjalankan Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Pewarta: Koh Mien
Posting Komentar
0Komentar